Perjalanan
di Jogja pasti akan lebih seru kalau tim sudah komplit. Selamat bergabung Kak
Uli… let’s shake jogja. Akhirnya kak Uli sampai juga… tapi koq ada sesuatu yang
aneh ya di raut muka kak Uli, ada kemarahan dimatanya saat bertemu kami. Hhmmm
ada apa ya ? Kak Liza membuka
pembicaraan. “Aku tidur sama mereka bertiga ya Van, aku…. (*Van panggillan Kak
Liza ke Kak Uli) Belum sempat Kak Liza menyelesaikan bicaranya kak Uli langsung
berang dan marah “AKU TAU KELEN GA SUKA KAN AKU PERGI, BILANG AJA LAH, TAU NYA
AKU MAKSUD KELEN. KAU LAGI WIYA.. APA MAKSUDMU KALIAN MAU KE BALI ??? BILANG
AJA KELEN GA SENANG SAMA AKU… BLA BLA BLA BLA…” kak Uli marah dengan gaya khas
Medan nya. Sebelum Wiya ngomong aku beri isyarat untuk tidak bicara, dan kak
Liza dengan hatinya yang lembut matanya sudah mulai berkaca-kaca. Aduhhh ada
apa dengan perjalanan kami kali ini ???? Sontak suasana menjadi sangat tengang
“Mau ribut disini
? Mau kita dibubarin jalan-jalan ini ?, Oke !!! Kalau emang semua ga bisa
dilanjut. Kita ambil jalan masing-masing, besok aku kemas barang dan pergi ke
Jakarta !!!, stop ngotot disini, sekarang kita balik ke hotel” Begitu saja
kata-kata ku keluar, berharap ketegangan ini akan segera berakhir. Tapi percuma
kak Uli sedang dilanda emosi, Bertiga (aku, Wiyah dan Kak Liza) berjalan di depan menuju hotel, sementara kak
Uli dan temannya berada jauh dibelakang kami.
Dalam perjalanan menuju hotel Kak Liza menangis dan bingung apa yang
harus dilakukan. Sementara Wiyah juga bingung kenapa tiba-tiba dia yang
dipersalahkan ?.
Sesampainya
di hotel Kak Liza dan Wiyah masuk ke kamar terlebih dahulu sementara aku harus
mengambil peran sebagai penengah. Ku tunggu Kak Uli di Lobby hotel. Setelah
pesan kamar aku persilahkan kak Uli untuk bersih – bersih dan aku pun masuk ke
kamar hotel menemui 2 sahabatku. Aku berharap malam ini suasana hati dari
masing – masing kami dan malasah yang timbul dapat segera selesai. Sehingga
besok tidak ada lagi ganjalan di hati untuk menikmati perjalanan. Aku coba
mengobrol dengan kedua sahabatku ini. “Kalau nanti kita ngomong masing – masing
dari kita ga usah pake emosi ya, perjalanan kita masih panjang, aku harap Wiyah
dan Kak Liza bisa bersabar”. Sementara aku menenangkan mereka aku mencoba
berkomunikasi via BBM dengan kak Uli. Setelah bersih-bersih aku harap Kak Uli
mau datang ke kamar kami dan menyelesaikan semuanya. Lama membujuk Kak Uli agar
mau bergabung bersama kami. Akhirnya dengan wajah masih dalam keadaan marah kak
Uli mendatangi kamar kami.
Belum
sempat aku membuka pembicaraan Kak Uli sudah dengan counter dirinya. “ AKU GA
MAU NGOMONG SEKARANG, AKU GA BISA NGOMONG SEKARANG” Kemudian pergi dengan
membanting pintu kamar kami. Begini lah perempuan kalau sudah ketemu, semua
dengan keegoisan masing-masing dengan menggunakan perasaan. Dikamar Wiyah dan
Kak Liza membela diri kalau mereka ga salah. Yaahhh memang tidak ada yang salah
dalam ketengangan ini situasilah yang membuatnya jadi begini. Selama Wiyah dan
Kak Liza meyakinkan diri bahwa yang mereka lakukan wajar-wajar saja dan tidak
ada niat untuk menyakiti seorang pun. Aku tetap melanjutkan komunikasi dengan
kak Uli. Dia berjanji akan menyelesaikan besok pagi menunggu sampai emosinya
reda.
Setelah
ketegangan itu kami tidak bisa tidur dengan nyenyak, malam itu kami isi dengan
mengobrol ringan. Mulai dari pekerjaan, keluarga, orang terdekat dan hal-hal
lain yang membuat kami semakin dekat satu sama lain. Mungkin karena kelelahan
bercerita. Kami tertidur… dan siap menyambut esok hari di Jogjakarta…. Dan aku
sangat berharap besok suasana hati kami kembali normal
2 comments:
kadang aku sempat berpikir kenapa hal tersebut musti terjadi.. kalo diingat sedih banget..
Gak ada cerita ini di versiku, karena aku malu bisa bertengkar dgn sahabat sendiri :(
Kalo persahabatan berjalan mulus, kadang kita ga bisa saling mengerti mau teman kita masing-masing kak. Dutulis untuk dikenang dan diingat untuk pelajaran bersama... Supaya lebih memahami. hehehehe *sok bijak*
Post a Comment