- Part 4 -
Minggu, 16 Februari 2014
Beijing ke Tianjin
Rencana kami
untuk hari ini adalah Beijing. Tadi malam sebelum tidur kami berencana akan
berangkat pukul 6 pagi, tapi ternyata pukul 8 pagi kami baru menuju
Beijing, dengan menggunakan bus ke Tianjin RailWay Stasiun diteruskan naik kereta Cepat menuju Cang Ceng atau Great
Wall dengan tiket ¥ 54,50 untuk 1 orang. Perjalanan Tianjin – Beinjing ditempuh
dengan jarak kurang lebih 1 jam. Kereta apinya bersih dan lapang nyaman sekali
rasanya. Perjalanan kami ini ditemani Dani mahasiswa Indonesia yang lagi belajar
disana
Sampai Di
Beijing hal yang kami lakukan adalah membeli tiket buat besok malam untuk balik ke
Shenzhen. Pesan 2 tiket untuk aku dan Mas Didit tapi sudah tidak ada lagi Hard Seat jadi kami dapatnya nonseat, berarti selama perjalanan ke Shenzhen kami ga punya tempat duduk per
orang harga tiketnya ¥ 254,50, membayangkan tidak duduk selama 20 jam. Nanti
dulu bayang-bayanginnya sekarang yang penting nikmati Beijing dulu. Tiket selesai dipesan kami
nyari tempat makan di Beijing lagi – lagi restoran muslim warga XinJiang yang
ada di stasiun kereta api. Suka banget makan disini sesuai dengan selera. Keluar
dari stasiun kami naik MRT diteruskan dengan bus menuju Hotel yang akan menjadi tempat menginap kami malam ini. Meletakkan ransel-ransel dulu biar jalan-jalannya nyaman. Lumayan juga jalannya kaki ku sudah lecet
kebanyakan jalan. Hiksss perih sekali rasanya.
Sampai di hotel yang kata Dani murah karena dekat dengan kampus, kami belum pesan hotel, melalui Dani yang sudah mulai bisa berbahasa mandarin membantu kami untuk memesan hotel dan ternyata sodara - sodaraa..... Petugas hotel
tidak tahu sama sekali bahasa Inggris. Ternyata si
resepsionist bertanya macam-macam dengan bahasa mandarin yang terlalu cepat dan
buat Si Dani juga harus mencerna pelan-pelan. Dia tanya dari mana, berapa
kamar, mana visa nya, mana passport nya, Republik itu apa, Kenapa ke dua
passport ku dan mas Didit berbeda dengan passport Dani. Aihhhhh stress aku
ngadepin nya. Dengan pelan-pelan dan aku yakin agak stress juga si Dani, sambil
berfikir memilih kosa kata yang pas untuk menjelaskan kalau kami ke Beijing dalam rangka
jalan-jalan, kalau Dani adalah mahasiswa, Republik itu bentuk Negara, Dani
menunjukkan visa China kami, dan kenapa pasport berbeda karena pasport ku dan
mas Didit ada sampulnya Dani tidak ada sampulnya. Masih aja si petugas hotel
itu ga percaya. Ya ampuuuun seandainya tidak ada Dani aku pasti akan cari hotel
yang berstandart internasional yang petugasnya bisa bahasa Inggris, kalau
begini bisa – bisa aku marah dia marah tapi ga ngerti kalo kami sedang
sama-sama marah. Fiuhhhhh
Dengan
perdebatan yang lumayan lama dan komunikasi yang terbatas, akhirnya proses
pemesanan kami selesai. 2 kamar, 1 kamar untuk mas Didit dan Dani, 1 kamar lagi
untuk ku. Kamar nya luas dan lengkap, nyaman dengan harga per kamar ¥ 160.
Untuk menginap di hotel itu kita harus meletakkan deposit disana, yang bisa
diambil saat kita sudah check out. Untuk deposit kami per kamar ¥ 30. Begitu senang rasanya bis terbebas dari petugas hotel yang buat emosi ku naik tapi ga bisa berbuat apa-apa. Begitu
sampai dikamar. Sudah waktu zuhur, sholat dan meletakkan barang-barang yang kami bawa... Haahahah seakan-akan banyak yaa ? Padahal cuma 2 ransel.
Dani tersadar pasportnya ga ada sama dia, digeledah seluruh isi kantong tapi ga
nemu, mas didit membongkar tas nya ga nemu juga, aku juga membongkar isi tas ku sampe dalem - dalem nya siapa tau terikut sama passport ku. Masih tidak ada juga, aku minta Dani
mengecek ke petugas hotel siapa tau ketinggalan disana, benar saja memang
ketinggalan di resepsionist. Alhamdulillah. Buat orang-orang yang berpergian ke
luar negeri passport ibarat nyawa yang harus dijaga sama seperti menjaga diri
kita sendiri.
Baiklah
waktunya memulai perjalanan di Beijing, tujuan kami hari ini adalah ke Great
Wall. Setelah sampai di Beijing Railway stasiun kami bingung nanya ke siapa.
Awal nya kami mau menggunakan penyewaan mobil untuk kesana dan pemilik mobil
menawarkan kami ¥500. Wahhh muahal sekalee. Karena melihat waktu juga sudah
menjelang sore. Kayaknya ke great wall
kita tunda sampai besok, dan hari ini kita mau ke Beijing Zoo. Asik liat
Panda, Semangat 45 aku mengikuti mas Didit dan Dani.
Beijing Zoo
Naik MRT
menuju Beijing Zoo, ongkosnya ¥2 per orang. Di Beijing jauh dekat naik MRT ¥2.
Awalnya agak bingung gimana ngeliat alur nya. Setelah lama bolak-balik baik MRT
akhirnya tau liat aja tujuan akhir dari MRT tersebut itu lah tujuan MRT kalau
sudah paham akan lebih mudah untuk pindah-pindah jalur.
Panda di Beijing Zoo
Sampai juga
di Kebun Binatang Beijing, perorangnya ¥ 45. Tempat yang pertama aku tuju
adalah tempat Panda dan harus bayar lagi ¥5 untuk masuk sana. Gapapa yang
penting ngleliat Panda. Bener-bener seneng bisa liat Panda secara langsung. Si
Panda kalau udah makan duduk kayak orang kekenyangan di ganggu pun ga respon
lagi anteng ga peduli dengan keadaan sekitar. Banyak barang-barang yang bergambar Panda mulai dari mainan kunci, baju,
segala macam yang buat aku pengen beli semuanya tapi Mas Didit selalu melotot
kalau udah dekat-dekat sama semua yang berhubungan dengan Panda terus bilang ke
aku “ kumpulin duit banyak-banyak terus datang kemari khusus buat beli semua
panda-panda itu” Dan akhirnya aku manyun tanpa respon. kecewa-kecewa ga berdaya kayak si Panda abis makan kekenyangan. Tahan selera
Sebenarnya
kalau mau diikuti hati pengen ngeliat Panda terus ga mau keluar dari Zona
khusus Panda itu tapi Beijing Zoo ini belum kami kelilingi semua. Dan ternyata
banyak Binatang di Beijing Zoo yang hanya aku lihat melalui televisi saja,
sekarang aku bisa liat langsung. Ada beruang kutup, serigala, gorilla, banyak
lagi. Disini juga ada sungai yang beku mungkin saat ini suhu nya di bawah nol
derajat kali yaa sehingga sungai aja bisa beku, ada sisa-sisa salju yang masih
lembut. Kebun binatangnya sangat luas sekali lumayan juga kaki ini dibuat jalan
kaki, bersih dan tidak bau. Bener-benar dapat pengalaman yang berbeda berada di
kebun binatang ini
Setelah puas
melihat Panda, sebenarnya belum puas sihh. Kalau mau jujur aku malah pengen bawa si Panda ke kamar ku di rumah. hahahahah berlebihan sekaleee yaaakkkk.
Waktunya ke tempat lain di Beijing. Mau liat pasar tradisional dulu nihhh, siapa tau bisa memburu aksesoris Panda lagi. Upsss pasti Mas Didit tidak setuju. Baiklah kami menyusuri pasar tradisional di Beijing, segala macam dijual
tapi sayang kenapa aku tidak berminat yaaa. Berhubung aku sudah kelaparan kami
bertiga pun mencari tempat makan tentunya restoran Muslim warga Sin Jiang. Dan
pilihan ku lagi – lagi mie. Disini mie nya buat kenyang jadi cukuplah buat
perut ku yang cepat kenyang dan cepat lapar ini.
Beijing
Olympic Stadium
Setelah
menyusuri pasar tujuan kami adalah Beijing Olympic Stadium. Saat perjalanan
kesana kami harus kemabali menyusuri pasar tersebut. Kali ini ketemu teman nya
Dani saudara 1 rumpun dari Malaysia yang magang di Beijing namanya Aisyah.
Sekarang kami ber 4 berjalan menyusuri Beijing Olympic Stadium menikmati
lampu-lampu yang cantik dan suasana yang dingin sekali Sepertinya saat itu
Beijing berada di suhu 5 derajat atau malah kurang. Rasanya baju berlapis –
lapis ku tidak berfungsi.
Ada banyak pedagang yang menawarkan dagangannya. Hati-hati begitu mendekat dan nawar jangan sampe tidak beli, mereka akan marah besar kalau kita tidak peduli. tapi selagi tidak mengerti bahasa nya yaa biarin aja. hahahah.
Setelah berkeliling dan hari juga sudah larut malam
waktunya beristirahat kembali ke hotel. Thank’s to Aisyah sudah menemani kami
yaaa. Ke hotel juga butuh perjuangan dengan berjalan berkilo-kilometer. oouuuwwww..... Kakiku sudah lecet. ga sabar pengen nyampe kamar dan merebahkan diri.
Sampai ketemu besok
No comments:
Post a Comment