- Part 3 -
Sabtu, 15
Februari 2013
Tengah malam
kami masih berada di Kereta Api, penumpang silih berganti dan ternyata tengah
malam itu kami dipaksa harus pindah lagu ke gerbong yang terdahulu, berhubungan
karena tempat duduk yang saat itu kami duduk sudah ada yang punya. Pindah lagi…
lumayan mas didit masih bisa duduk. Kondisi gerbong masih lengang. Tetapi
semakin pagi semakin banyak orang yang masuk dan Mas Didit harus pindah karena
di tempat dia duduk sudah ada yang memiliki. Kebetulan di sebelah ku kosong ku
arahkan mas Didit duduk di sebelahku.
Kondisi gerbong semakin padat. Untuk
jalan saja sudah susah rasanya. Aku terus berharap tempat duduk yang saat ini
Mas Didit duduki tidak ada yang punya. Setiap kereta api berhenti di stasiun
dan penumpang naik, selalu saja harap – harap cemas kalau-kalau mas Didit harus
berdiri. Tapi syukurlah walaupun kereta api semakin padat mas Didit masih bisa
duduk sampai kami tiba di Tianjin. Alhamdulillah
Setelah 30
jam di dalam kereta dengan keadaan yang luar biasa kami sampai di Tianjin.
Tujuan kami adalah Asrama orang asing di Tianjin. bertemu dengan mahasiswa asal
Medan yang sudah seperti adik kami sendiri. Keluar dari kereta api melalui pintu utara dan tiket kami harus kembali di scan di pintu keluar. Adik
kami itu namanya Dani sebelumnya dia sudah mengirimkan pesan dengan tulisan
China. Kami tinggal menunjukkan saja ke supir taxi. Menuju poll taxi kami harus
mengantri hampir setengah jam baru mendapat giliran. Kami menunjukkan alamat
yang sudah bertuliskan China kepada supir taxi.
Begitu
keluar dari stasiun kesan yang aku langsung takjub dengan suasana Kota Tianjin
yang bernar-benar keren. Semua gedung dengan arsitekturnya bertema kan Eropa.
Tidak lama setelah nya kami sampai di alamat yang dituju. Begitu taxi berhenti
tenyata Dani sudah menunggu dan membuka taxi kami. Setelah membayar taxi
sepertinya kami harus mencari warung makan. Karena perut ku selama 30 jam belum
pernah diisi nasi. Aku lafarrr pemirsahh harus makan nasi.
Restoran
Muslim di China
Dani
mengarahkan kami ke resoran halal. Subhanallah ada juga makanan Halal. Ternyata
makanan halal di China yang punya adalah warga Shin Jiang salah satu provinsi
di China yang sebagian besar masyarakatnya bergama muslim. Dan hampir semua
restoran muslim di China pemiliknya adalah suku Shinjiang. Makanannya enak,
ciri khas makanan mereka adalah sate yang dipanggang, mie, nasi dan dan
semuanya halal. Tampilan restoran ini dari luar ada tulisan arab bertulisakan
Bismillahhrahmanirrahin dan Halal. Soal rasa makanan yang ada di dalamnya.
Jempol enaknya. Pas dengan lidah orang Indonesia.
Setelah
selesai mengisi lambung Dani mengajak kami ke asramanya, dia menyarankan agar
kami nginap di asaramanya saja. Agak segan tapi boleh lah hitung-hitung
penghemtan. Setelah magrib kami diajak keluar oleh Dani dan temannya yang aku
kenal bernama Pak Regar. Diajak keliling Tianjin, melihat sungai yang membeku,
lampu-lampu, lampion yang berterbangan, ke pasar tradisinoal, Italy Style Town.
Menikmati suasana malam di Tianjin dengan suhu dibawah nol derajat buat aku
kedinginan terus. Kalau ngomong keluar asap. Kesan ku tentang Tianjin adalah
Kereeen, indah dan luar biasa. Kembali ke asrama sudah lewat tengah malam. Dan
aku pun berisitirahat merebahkan badan
Add caption |
No comments:
Post a Comment