Wednesday, March 12, 2014

Brother and Sister Backpack to China - Welcome to Tianjin

- Part 3 - 

Sabtu, 15 Februari 2013

Tengah malam kami masih berada di Kereta Api, penumpang silih berganti dan ternyata tengah malam itu kami dipaksa harus pindah lagu ke gerbong yang terdahulu, berhubungan karena tempat duduk yang saat itu kami duduk sudah ada yang punya. Pindah lagi… lumayan mas didit masih bisa duduk. Kondisi gerbong masih lengang. Tetapi semakin pagi semakin banyak orang yang masuk dan Mas Didit harus pindah karena di tempat dia duduk sudah ada yang memiliki. Kebetulan di sebelah ku kosong ku arahkan mas Didit duduk di sebelahku. 

Kondisi gerbong semakin padat. Untuk jalan saja sudah susah rasanya. Aku terus berharap tempat duduk yang saat ini Mas Didit duduki tidak ada yang punya. Setiap kereta api berhenti di stasiun dan penumpang naik, selalu saja harap – harap cemas kalau-kalau mas Didit harus berdiri. Tapi syukurlah walaupun kereta api semakin padat mas Didit masih bisa duduk sampai kami tiba di Tianjin. Alhamdulillah

Setelah 30 jam di dalam kereta dengan keadaan yang luar biasa kami sampai di Tianjin. Tujuan kami adalah Asrama orang asing di Tianjin. bertemu dengan mahasiswa asal Medan yang sudah seperti adik kami sendiri. Keluar dari kereta api melalui pintu utara dan tiket kami harus kembali di scan di pintu keluar. Adik kami itu namanya Dani sebelumnya dia sudah mengirimkan pesan dengan tulisan China. Kami tinggal menunjukkan saja ke supir taxi. Menuju poll taxi kami harus mengantri hampir setengah jam baru mendapat giliran. Kami menunjukkan alamat yang sudah bertuliskan China kepada supir taxi.
 
Begitu keluar dari stasiun kesan yang aku langsung takjub dengan suasana Kota Tianjin yang bernar-benar keren. Semua gedung dengan arsitekturnya bertema kan Eropa. Tidak lama setelah nya kami sampai di alamat yang dituju. Begitu taxi berhenti tenyata Dani sudah menunggu dan membuka taxi kami. Setelah membayar taxi sepertinya kami harus mencari warung makan. Karena perut ku selama 30 jam belum pernah diisi nasi. Aku lafarrr pemirsahh harus makan nasi.

Restoran Muslim di China
Dani mengarahkan kami ke resoran halal. Subhanallah ada juga makanan Halal. Ternyata makanan halal di China yang punya adalah warga Shin Jiang salah satu provinsi di China yang sebagian besar masyarakatnya bergama muslim. Dan hampir semua restoran muslim di China pemiliknya adalah suku Shinjiang. Makanannya enak, ciri khas makanan mereka adalah sate yang dipanggang, mie, nasi dan dan semuanya halal. Tampilan restoran ini dari luar ada tulisan arab bertulisakan Bismillahhrahmanirrahin dan Halal. Soal rasa makanan yang ada di dalamnya. Jempol enaknya. Pas dengan lidah orang Indonesia.
 





Setelah selesai mengisi lambung Dani mengajak kami ke asramanya, dia menyarankan agar kami nginap di asaramanya saja. Agak segan tapi boleh lah hitung-hitung penghemtan. Setelah magrib kami diajak keluar oleh Dani dan temannya yang aku kenal bernama Pak Regar. Diajak keliling Tianjin, melihat sungai yang membeku, lampu-lampu, lampion yang berterbangan, ke pasar tradisinoal, Italy Style Town. Menikmati suasana malam di Tianjin dengan suhu dibawah nol derajat buat aku kedinginan terus. Kalau ngomong keluar asap. Kesan ku tentang Tianjin adalah Kereeen, indah dan luar biasa. Kembali ke asrama sudah lewat tengah malam. Dan aku pun berisitirahat merebahkan badan









Add caption

No comments: