Part - 1 -
Kali ini
kisah backapacker ku bersama saudara kandung ku sendiri, berdua menjelajah ke
Negeri China Selama 10 hari. Berpetualang tanpa rencana yang jelas, dana yang
sedikit, bahasa yang tidak kami kenal, tempat yang tidak kami tahu sebelumnya.
Saat nya goes to the extra miles. Melihat tempat-tempat baru diluar sana.
Sekaligus menguji nyali 2 bersaudara brothet n sister dari keluarga Sutomo.
Akan melukiskan sejarah baru hidup kami yang tidak akan bisa terlupakan seumur
hidup dan tentunya bahan cerita untuk keluarga kami nanti.
Kamis, 13
Februari 2014
Perjalanan
di mulai pada pagi-pagi sekali. Penerbangan tujuan KNO – KUL pada pukul 06.25
pagi dengan pesawat low cost Air Asia. Perjalanan dari Kuala Namo ke Kuala
Lumpur di tempuh dengan hanya 45 menit dengan arti kata belum lagi aku
meluruskan tempat duduk ku, aku sudah sampai. Perjalanan pagi ini aku lalui
sendiri karena saudara laki-laki kandung ku yang aku panggil Mas Didit akan
berangkat langsung dari Jakarta ke Kuala Lumpur, dengan begitu meeting point
kami adalah Kuala Lumpur International Airport.
Mas Didit
akan sampai pukul 11.00 waktu Kuala Lumpur atau pukul 10.00 waktu Indonesia
Barat. Sementara aku sudah sampai di KLIA pada pukul 07.30 WIB menunggu 2,5 jam
tidak ada masalah buat ku. Lumayan selama menunggu aku bisa mengisi gadget ku
untuk perjalanan panjang kami
Ketemu juga
dengan mas Didit. Sebelum mulai berpetualang kami mengisi lambung dulu buat
persiapan. Tujuan perjalanan kami adalah Shenzhen di Daratan China dan beberapa
Kota di China. Kemana saja itu belum bisa kami pastikan. Yang jelas visa untuk
ke China sudah kami persiapkan multiply entry di China, dengan begitu kami akan
dua kali masuk ke negera ini.
Pesawat yang
akan membawa kami ke Shenzen pukul 16.50 waktu Kuala Lumpur tetapi ternyata
harus delay selama 45 menit. Harus menunggu dengan sabar. Selama menunggu aku
dan Mas Didit merencakan perjalanan backpacker kami. Tujuan pertama adalah
Hongkong. Ternyata di tengah diskusi berubah, kami akan ke Tianjin atau Beijing
dahulu. Selama waktu menunggu kami berusaha memesan tiket pesawat dari Shenzhen
ke Tianjin. Nihil kami tidak menemukan tiket yang murah. Kami mencoba mencari jadwal kereta api. Harga
nya kurang lebih juga hampir sama dengan harga pesawat. Mas Didit bilang yang
penting sampai dulu ke Shenzhen. Baiklah aku meyakinkan diri. Kalau ada mas Aku
percaya. Ini adalah perjalanan keluar negeri pertama buat Mas Didit dan aku yang kami lakukan bersama, aku
sudah pernah backpacker ke Malaysia dan Singapore tapi tentu
saja China adalah pertama kali akan aku lakukan
Akhirnya
pesawat yang akan membawa kami terbang selama 3 jam 45 menit berangkat. Ini
merupakan perjalanan di pesawat terlama yang pernah aku jalani. Paling lama aku
terbang selama 3 jam tujuan Medan – Surabaya. Berada di dalam cabin pesawat
dengan komunitas China terasa berbeda, hanya aku yang menggunakan jilbab
sedangkan yang lainnya mayoritas beretnis China. Aku bangga dengan jilbabku dan
aku bangga mengenakan nya kemana pun aku pergi. Dan aku bangga menjadi seorang
Muslimah.
Tempat duduk
aku dan mas Didit berbeda karena untuk ke Shenzhen ini dia sudah memesan tiket
nya dari sepuluh bulan yang lalu. Sementara aku baru saja beli tiket. Hmm
gimana rasanya ya duduk hampir 4 jam disebelah orang yang tidak aku kenal. Aku
tidak kehabisan akal, kebetulan seorang ibu paruh baya duduk disebelah ku
dihampiri oleh seorang laki-laki yang ternyata duduknya di sebelah mas Didit.
Setelah pesawat take off dan tanda sabuk pengaman di padamkan aku hampiri kursi
mas Didit dan dengan bahasa Inggris aku minta kami bertukar tempat duduk.
Tenyata dia tidak bisa berbahasa Inggris, dengan bahasa isyarat akhirnya dia
menegrti. Mas Didit pindah ke bangku belakang disebelah ku. Alhamdulillah ada
teman cerita
Selama
dipesawat kami berbincang sambil memesan makan in fly café lumayan makan malam
aman. Dan kebetulan mas didit udah pre order sebelumnya. Cocok sekaleee…
Pesawat
mendarat di Shenzhen international airport. Keluar pesawat, masuk imigrasi
disambut dengan cuaca yang sangat dingin, kami berada di 5 derajat saat itu.
Wushhh rasanya seperti menusuk ke tulang dinginnya. Berada di Bandara asing
dengan bahasa yang tidak kami kenal dan tidak ada tulisan latin semuanya
tulisan China. Awalnya kami berniat mencari counter tiket pesawat untuk ke
Beijing atau Tiajin. Harus bertanya ke orang nihh. Tapi apa yang kami dapatkan
tidak ada yang bisa berbahasa Inggris. Ooo my good setiap bertanya kepada orang
setempat mereka menggeleng sambil ngomong bahasa China yang aku sama sekali ga
ngerti artinya.
Rencana
berubah karena kami tidak mendapat tiket pesawat kami putuskan kami akan ke
Hongkong malam itu. Berarti kami harus Ke Low Wu, yang penting harus keluar
dari Bandara dulu, tapi bagaimana caranya, taxi yang menawarkan kami semua
minta ¥ 200. Itu sama aja dengan 400 ribu rupiah. Baru nyampe udah kehabisan
duit bisa buat galau nihh.
Dari
Bandara International Airport Shenzhen ke MRT
Setelah
celingak celinguk dan bertanya ke orang-orang gada yang bisa ditanya karena
factor bahasa, aku memberanikan diri mendekati seorang gadis China cantik kayak
artis untuk bertanya. Kami bilang kami akan ke Low Wu, dengan bahasa Inggris yang
sangat patah-patah malah lebih sering kami berkomunikasi dengan bahasa tubuh
atau gambar akhirnya dia menolong kami. Mengarahkan kami ikut antrian untuk
mencapai Metro (MRT) keluar dari Bandara gunakan bus dengan nomor M 416 menuju
MRT.
Ternyata si cantik tidak sendirian sepertinya bersama pasangannya. Sungguh
sepasang kekasih yang baik hati dengan komunikasi yang terbatas dia berusaha
membantu kami, setelah tiba di satsiun MRT sepasang kesasih itu menolong kami
memesan tiket ke Low Wu dengan menggunakan mesin otomatis (maklum kami ga
ngerti mengoperasikannya, Suasana hati yang belum stabil dan kondisi kami yang
masih panic membuat kami memang membutuhkan bantuan dari orang lain. ¥ 5 per orang untuk ongkos MRT aku dan mas
Didit. Karena pecahan yang kami bawa masih besar-besar kami harus menukarnya
kepecahan ¥ 5 di customer service.
Ternyata cara membeli tiketnya gampang, kalau tidak mengerti tulisan
China silahkan pilih bahasa Inggris. Kemudian pilih stasiun tujuan kita. Eh iya
layarnya touch screen lohhh jadi tinggal sentuh-sentuh aja.
Selama di
dalam MRT aku mengambil kesempatan untuk bertanya kepada si cantik. Aku dan mas
Didit merubah arah perjalanan kami, tujuan kami adalah Tianjin. Setelah
keputusan singkat itu aku bertanya kepada si Cantik yang aku ketahui namanya
adalah Sarai. Bagaimana kami akan kesana, kebetulan mas Didit sudah mengeprint
jadwal keberangkatan kereta api dari Shenzhen ke Tianjin. Aku bertanya kepada
Sarai dengan menunjukkan jadwal yang sudah kami print tersebut. Ternyata jika mau
kesana kami harus ke Shenzhen East Railway station. Dan dia menyarankan kepada
kami untuk berhenti disalah satu stasiun dan menyambung dengan taxi
sebenarnya bisa menggunakan MTR tetapi karena sudah larut malam. Saat itu waktu
menunjukkan hampir pukul 11.00 waktu Shenzhen dan MTR sudah tidak beroperasi
pukul 11.00 malam. Menurut Sarai ongkonsya adalah ¥ 40 – 50 dan itu pun
menggunakan argometer. Untuk mempermudah
aku meminta Sarai untuk menuliskan bagaimana ke Shenzhen East dengan murah hati
dia menuliskan nya dalam tulisan Cina, mumpung masih bareng aku sekalian
meminta dia untuk menuliskan dalam tulisan China bagaimana kami akan ke
Shenzhen dengan kereta api no K 1620 pukul 08.18. dan berhasil. Saat nya
berpisah dengan Sarai karena dia akan segera turun. Tak lupa aku meminta alamat
e-mail nya untuk menjalin komunikasi dengan dia setelahnya. Terima kasih Sarai.
Xie Xie
Baiklah
sekarang hanya aku dan mas Didit. Kami akan turun di stasiun yang sudah di
arahkan Sarai. Keluar MTR langsung nyari taxi dan menunjukkan tulisan Sarai
bagaimana ke Shenzhen East. Benar saja dia paham dan sampai disana ongkos nya ¥
35. Perjalanan akan dimulai dari sekarang. Saat itu waktu sudah menunjukkan
pukul 12.00 tengah malam. Kami sampai di Shenzhen East Raiway stasiun. Apa yang akan
terjadi selanjutnya yaa.... ???
No comments:
Post a Comment