Thursday, April 24, 2014

Brother and Sister Backpacke to China - Masjid Bersejarah Huang Zhou China

- Part 9 -

Jum’at 21 Februari 2014


 Ini adalah hari terkahir kami Backpacker di China, nanti malam kami akan kembali ke Kuala Lumpur dan diteruskan besok pagi ke Negara tercinta. Sampai dengan pukul 7 pagi kami masih belum tau kemana kami akan pergi. Apakah akah keliling Shenzhen atau ke Huangzhou. Kalau melihat jadwal kereta dari dan ke Huang Zhou di web itu ada setiap 15 menit sekali jadi Plan A yang kami rencanakan adalah ke Huang Zhou sampai dengan tengah hari dan kemudian balik ke Shenzen untuk keliling Shenzen. Sementara Plan B adalah keliling Huang Zhou dan kembali ke Shenzen sore hari sebelum pukul setengah 5 agar tidak terburu-buru ke Bandara di malam hari.




Shenzhen – Huang Zhou


OK setelah perdebatan sedikit dengan Mas Didit akhirnya kami putuskan untuk Ke Huangzhou. Kami menitip tas di Garden Inn dan berangkat menuju Shenzhen North harus berhenti ganti MRT di Buji. Niatnya kan lewat dari Lou Jie karena ga perlu sambung MRT lagi, jadi kami mencari stasiun Lou Jie yang berada disebrang jalan hotel kami. Tapi persisnya dimana kami juga tidak terlalu tau. Setelah berjalan cukup lama kami belum memukan station MRT Lou Jie. Ada sih tanda rambunya tapi saat kami mengikuti rambu tidak menemukan juga. Kami mengikuti rambu hingga sampai di lorong-lorong toko yang masih belum buka. Aku ga mau jauh dari Mas Didit. Terbayang oleh ku jika aku berjalan sendiri disini dan ada orang yang beniat jahat terhadap ku tidak ada yang tau apa yang mereka lakukan dan aku hanya tinggal nama di negeri orang. Ahhh langsung ku tepis pikiran seperti itu dan aku berlari menyamai langkah ku dengan Mas Didit.


Setelah berjalan terus akhirnya kami menemukan stasiun Low Jie. Masih sepi sekali. Kami naik MRT menuju stasiun Shenzhen North tapi harus mengganti kereta di  Shin Ming Zhong Xin. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 9.30. waktu kami terbuang hampir 1 jam lebih untuk mencari stasiun Low Jie.

Begitu sampai di stasiun kami memesan tiket tujuan Huang Zhou, aku sudah terbiasa memesan tiket disini karena pengalaman hari-hari sebelumnya, tinggal lihat saja counter berbahasa Inggris. Untuk ongkins kereta api Shenzhen – Huang Zhou harus mengeluarkan 79.50 RMB/orang Perjalanan kami tempuh dengan waktu 1 jam kurang lebih, dengan 3 kali pemberhentian. 

Begitu sampai stasiun kami harus naik MRT lagi menuju YueXiu station. Dimana dari stasiun MRT tersebut sudah dekat dengan Mesjid Bersejarah Huang Zhou. Keluar dari stasiun kami bingung mencari arah bagaimana caranya kesana. Berjalan mondar – mandir tanpa hasil, dan berbekal dengan GPS kami berhasil menemukan jalan yang menuju mesjid bersejarah. Aku melihat seorang cewek bermuka oriental dan memakai jilbab berjalan terburu-buru. Kami memutuskan mengikuti si cewek oriental tersebut. Tapi kemudian kami kehilangan dia saat di tekongan jalan, kami ga tau harus kemana berjalan, tapi feeling kami mengatakan kami berada di jalan yang benar. 

Berjalan melihat kanan dan kiri sudah terasa aura muslim disini beberapa kali kami melihat orang-orang berwajah arab melintas di depan kami. Berarti kami tidak salah. Saat itu aku dan Mas Didit melihat ada gapura yang bertuliskan arab aku fikir masjidnya berada di jalan masuk gapura tersebut ternyata salah. Setelah bertanya beberapa kali dan tentunya menggunakan bahasa tubuh kami harus keluar lagi dan begitu berada di gapura kami melihat ada seorang dengan memakai jilbab berjalan. Harus mengikutinya ehh 50 meter dari gerbang gapura dan tepat diseberang jalan ternyata itulah mesjidnya. Mungkin karena mesjid – mesjid disana berbeda dengan mesjid – mesjid yang ada di Indonesia dengan kubah yang megah jadi Aku dan Mas Didit tidak menyangka kalau itu adalah mesjid 


Masuk ke dalam mesjid aku sempatkan mengabadikan berberapa foto-fotodan  Mas Didit sholat tahyatul Aura mesjid, benar-berar berbeda dengan yang ada di Indonesia. Dan ternyata selama aku di negeri China baru kali inilah toilet yang ada air nya untuk membasuh. Benar-benar Islam mengajarkan kebersihan. Luar Biasa….


Didepan Mesjid banyak terdapat tempat makan halal. Mulai dari makanan timur tengah sampai makanan tradisional yang halal. Mesjid tua ini menjadi mesjid bersejarah karena banyak sekali wisatawan berkunjung disini dan lagi-lagi wajah Indonesia dan Bahasa Indonesia yang aku rindukan terdengar disni. Makin rindu dengan Negara ku Indonesia Mas Didit memilih makan di warung muslim di sebrang pintu gerbang mesjid tapi karena semua menunya daging aku ga beminat makan jadi Cuma ngeliat mas Didit makan aja. Di depan rumah makan ini juga ada buah-buah kering yang dijual. Ada kiwi kering, anggur, jeruk, semuanya di keringkan. Kami membeli untuk oleh-oleh ketimbang gada yang dibawa dari sini.



Setelah Mas Didit selesai makan aku juga lapar, aku minta sama mas Didit untuk cari rumah makan muslim yang lain. Menunya ala kebarat-baratan spagetty. Hehehe Mas Didit bilang mau sholat zuhur dulu di mesjid berarti aku harus makan sendirian gapapa lahhh. Gada yang nyulik juga. Heheheheh




Setelah aku selesai makan… koq Mas Didit dan jamaah lain ga selesai-selesai yaaa sholatnya. Karena aku juga sudah bosan menunggu di rumah makan aku langsung aja berinisiatif untuk menunggu Mas Didit didepan pintu gerbang masjid. Pemandangan di pintu gerbang masjid aga berbeda ada banyak orang yang berdiri di depan masjid sambil membawa brochure dan lain lain, pakaiannya keren-keren aku blom tau apa yang akan mereka lakukan disana. Cuma berdiri dan menunggu Mas Didit. 

Sekitar setengah jam aku berdiri menunggu Mas Didit dan jamaah lain akhirnya keluar baru aku sadari ternyata orang-orang yang sudah berbaris tadi membagikan brochure kepada Jamaah masjid. Aku langsung bertanya kepada Mas Didit koq lama kali Mas Sholatnya, sambil ketawa Kecil Mas Didit bilang ini rupanya hari Jum’at Wan… Ya Ampuun pantesan yang keluar masjid laki-laki semua dan lama sholatnya. Udah lupa sama hari akibat kelamaan backpacker. 

Shenzhen… ke Huang Zhou


Menurut internet jadwal kereta api dari Shenzhen ke Huangzhou setiap jam, tetapi kenyataannya tidak setiap jam kereta yang menuju ke Shenzen. Dan saat kami tiba di Stasiun Huang Zhou Selatan kereta yang menuju Shenzen baru saja berangkat dan kereta berikutnya paling cepat 4.25 pm atau 2 jam lagi. Ya Ampuuunn apa yang harus kami lakukan ??? Malam ini kami harus terbang ke Kuala Lumpur. Aku panik takut ga sempat balik ke Shenzhen dan tengah kepanikanku Mas Didit memaksa ku untuk membeli tiket pukul 04.25 pm tersebut. Sempat berdebat karena aku terlalu khawatir ketinggalan pesawat. Mas Didit bilang kita ga punya pilihan semoga waktu nya sempat. Hmmm… dengan perasaan lunglai aku mengikuti Mas Didit berkali-kali aku protes ke dengan jadwal di webseite yang ga sesuai dengan kenyataannya. Jarak Huang Zhou – Shenshen sekita 130 km kalau naik kenderaan juga akan memakan waktu sekitar 2 jam dan kami tidak tau naik apa kesana. Cuma kereta lah yang menjadi alternative. Gada yang bisa diperbuat selain berdoa semuanya on schedule.

Dengan kata lain. Kami tidak akan sempat keliling Shenzhen waktu yang ada kami habiskan hanya untuk menunggu di HuangZhou. Duduk diruang tunggu waktu terasa lama berjalan. Sepertinya saat aku melihat jam, waktu hanya berubah 1 menit sangat lambat berjalan. Kami merencanakan apa yang akan kami lakukan setelah sampai ke Shenzhen untuk mempercepat waktu ke Bandara Shenzhen. Mas Didit berniat dengan MRT tetapi aku lebih memilih naik taxi. Yang jelas kami harus balik ke penginapan untuk mengambil barang-barang yang sudah kami titipkan.

 2 jam berlalu juga kami naik ke kereta dan kereta melaju. Kami tidak menikmati perjalan di dalam kereta, tapi Mas Didit masih bisa tidur… Haiyaaa…. Sementara aku sudah dengan kecemasan tingkat Kabupaten. Cepat lah sampai kalau perlu sampai lebih cepat dari jadwal sebenarnya. 1 jam berlalu dengan sangat lambat akhirnya kami sampai di Shenzhen. Seperti rencana di awal aku dan Mas Didit akan berlari menuju hotel. Mas Didit akan membawa seluruh barang-barang bawaan ku dan aku diminta harus menahan sakit kaki ku, karena ini sangat genting. Jangan manja – manja dulu kata Mas Didit. Kaki ku benar-benar bisa diajak kompromi sakit sih dibawa berlari tapi rasa ketakutan ketinggalan pesawat mengalahkan rasa sakit ini. Padahal aku selalu minta ditungguin kalau naik atau turun tangga. 

Setelah seluruh barang bawaan kami ambil dari hotel kami berdebat akan naik apa ke Bandara. Aku bilang kalau naik MRT takutnya ga akan sempat, butuh waktu 1 jam sampai ke bandara. Sementara kalau naik taxi sekitar  45 menit trus juga tadi antrian orang naik MRT begitu panjangnya. Aku nekat harus naik taxi. Aku bilang ke Mas Didit waktu kami Cuma 2 jam lagi dari take off karena saat itu pukul 6.45 pm kami akan berangkat pukul 09.00 pm hanya ada 2 jam lagi. Sudah 10 menit belum ada taxi yang mau berenti semua penuh. Mas Didit juga mulai panik, dia bilang Aku naik taxi dan dia naik MRT dengan kata lain kami berpisah, tentu saja aku tidak mau. Dengan terpaksa sepertinya Mas Didit mengikuti ku unutk naik taxi dan dia bilang kalau waktu kita 10 menit lagi. Kalau ga ada dapat taxi kita naik MRT. Deal… aku setuju Tenyata susah sekali mencari taxi disini. Akhirnya aku yang keras kepala ini membagi tugas. Mas Didit nyari taksi di depan hotel dan aku di sebrang jalan depan hotel. 

Akhirnya aku mendapat taxi duluan dan aku berteriak dari seberang jalan memberitahu Mas Didit yang dengan segera di datang ke arah ku. Aku tidak bisa berbahasa China, tapi aku fikir airport adalah bahasa umum semua orang juga pasti tau, apalagi supir taxi sudah biasa membawa penumpang. Si supir ga ngerti apa yang aku bilang aku harus menunjukkan ke supir taxi peta MRT Shenzhen yang ada gambar pesawatnya. Dia masih geleng-geleng. Aku minta tolong kepada orang-orang yang di pinggir jalan. Untuk menjelaskan dengan supir taxi. Berberapa orang yang aku minta tolong malah ga bisa berbahasa Inggris. Duhhh susahnya berkomunikasi dengan mereka… Stess, panik, kesal, marah menjadi satu saat itu. Sekali lagi kepada supir taxi aku coba berkomunikasi menunjukkan gambar pesawat di peta MRT dan dia kembali menggelang. Aku merentangkan tanganku kemudian berlagak seperti pesawat yang akan terbang. Dia juga tidak tahu… Ya Allah… susah nya… Mas Didit berhasil meminta tolong kepada orang dijalan untuk menjelaskan kepada supir taxi. Dan supir taxi kembali menggeleng. Kami tidak mengerti menggeleng tidak mengerti atau tidak mau ngantar. STRESSS.


Kita naik MRT Mas Didit berkata tegas, aku harus mengalah waktu 10 menit yang diberikan kepada ku sudah berlalu menjadi 18 menit. Waktu yang sia-sia terbuang padahal 1 menit pun sangat berharga buat kami. Kami berdua berari menuju stasiun MRT dan dari Shaibu menuju Laujie. Semua dengan berlari beruntung MRT arah menuju bandara tidak ramai dan kami hanya perlu menunggu 5 menit untuk naik MRT nya. 


Begitu duduk didalam MRT mata ku terus mengarah peta MRT yang ada di depan ku. Kami harus melewati 30 pemberhentian kalau 1 pemberhentian membutuhkan waktu 2 menit maka kami butuh waktu 60 menit untuk sampai ke Bandara dan butuh waktu 10- 15 menit lagi untuk naik M46 ke bandara. Ahhh semoga tidak terlambat.


Tik tok tik tok…

Kami telah melewati 30 pemberhentian, untuk ke airport kami harus berhenti di Hau Rui dan langsung ada shuttle bus free dengan nomor M46 ke airport. Untungnya kami juga tidak harus menunggu lama. Bus nya sudah penuh dengan aku dan Mas Didit penumpang terakhir. Butuh waktu sekitar 10 – 15 sampai ke airport. Dan 15 menit itu pun berlalu. 

Begitu sampai airport kami langusung berlari untuk check ini. waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 8.30 pm menit. Ga cukup sekali juga nanya tempat check Air Asia, harus 3 kali nanya counter check in Air Asia yang ternyata ada di Barisan I. Wihhh udara dingin, berlari ga minum buat sulit bernafas. Finally Nyampe juga di check in  counter. Wiuhhh lega tapi blom selesai kalau boarding pass blom ditangan.Masalah belum selesai rupanya, tenyata bagasi yang sudah aku pesan dari Medan tidak terdaftar di AirAsia China ini. jadi ransel kami harus naik ke kompartemen di dalam pesawat. Untungnya ransel – rensel ini ga beranak bercucu. 

Mau minta maaf sama Mas Didit sebenarnya pesawat kita bukan jam 09.00 pm tapi jam 09.40 pm. Sengaja bilang jam 9 biar kita ga telat. Dan ga menyepelekan waktu. Hehehe Melewati imigrasi dan masuk keruang tunggu yang ternyata pesawat kami harus delay hampir 1 jam. Anggplah delay ini menenangkan hati kami dan mengistirahatkan fikiran kami yang terlalu ribet dengan waktu mepet. 

Fly to Kuala Lumpur… Selamat tinggal China. Suatu saat aku akan datang lagi ke sini dengan orang-orang yang aku sayangi. 3.45 menit mengudara sampailah di Negara tetangga pukul 02.30. Menunggu disini sampai pukul 07.30 sebelum terbang lagi ke Negara ku Indonesia dan Kota tercinta ku Medan 

Welcome To Medan…
Kemanapun aku melangkahkan kaki...
Menjelajah negeri orang...
Tetapi Negeri ku Indonesia tetap kurindu.
Aku mau mati dan dikubur di negeri ku tercinta ini !
INDONESIA….

No comments: