Thursday, April 24, 2014

Brother and Sister Backpacke to China - Masjid Bersejarah Huang Zhou China

- Part 9 -

Jum’at 21 Februari 2014


 Ini adalah hari terkahir kami Backpacker di China, nanti malam kami akan kembali ke Kuala Lumpur dan diteruskan besok pagi ke Negara tercinta. Sampai dengan pukul 7 pagi kami masih belum tau kemana kami akan pergi. Apakah akah keliling Shenzhen atau ke Huangzhou. Kalau melihat jadwal kereta dari dan ke Huang Zhou di web itu ada setiap 15 menit sekali jadi Plan A yang kami rencanakan adalah ke Huang Zhou sampai dengan tengah hari dan kemudian balik ke Shenzen untuk keliling Shenzen. Sementara Plan B adalah keliling Huang Zhou dan kembali ke Shenzen sore hari sebelum pukul setengah 5 agar tidak terburu-buru ke Bandara di malam hari.




Shenzhen – Huang Zhou


OK setelah perdebatan sedikit dengan Mas Didit akhirnya kami putuskan untuk Ke Huangzhou. Kami menitip tas di Garden Inn dan berangkat menuju Shenzhen North harus berhenti ganti MRT di Buji. Niatnya kan lewat dari Lou Jie karena ga perlu sambung MRT lagi, jadi kami mencari stasiun Lou Jie yang berada disebrang jalan hotel kami. Tapi persisnya dimana kami juga tidak terlalu tau. Setelah berjalan cukup lama kami belum memukan station MRT Lou Jie. Ada sih tanda rambunya tapi saat kami mengikuti rambu tidak menemukan juga. Kami mengikuti rambu hingga sampai di lorong-lorong toko yang masih belum buka. Aku ga mau jauh dari Mas Didit. Terbayang oleh ku jika aku berjalan sendiri disini dan ada orang yang beniat jahat terhadap ku tidak ada yang tau apa yang mereka lakukan dan aku hanya tinggal nama di negeri orang. Ahhh langsung ku tepis pikiran seperti itu dan aku berlari menyamai langkah ku dengan Mas Didit.


Setelah berjalan terus akhirnya kami menemukan stasiun Low Jie. Masih sepi sekali. Kami naik MRT menuju stasiun Shenzhen North tapi harus mengganti kereta di  Shin Ming Zhong Xin. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 9.30. waktu kami terbuang hampir 1 jam lebih untuk mencari stasiun Low Jie.

Begitu sampai di stasiun kami memesan tiket tujuan Huang Zhou, aku sudah terbiasa memesan tiket disini karena pengalaman hari-hari sebelumnya, tinggal lihat saja counter berbahasa Inggris. Untuk ongkins kereta api Shenzhen – Huang Zhou harus mengeluarkan 79.50 RMB/orang Perjalanan kami tempuh dengan waktu 1 jam kurang lebih, dengan 3 kali pemberhentian. 

Begitu sampai stasiun kami harus naik MRT lagi menuju YueXiu station. Dimana dari stasiun MRT tersebut sudah dekat dengan Mesjid Bersejarah Huang Zhou. Keluar dari stasiun kami bingung mencari arah bagaimana caranya kesana. Berjalan mondar – mandir tanpa hasil, dan berbekal dengan GPS kami berhasil menemukan jalan yang menuju mesjid bersejarah. Aku melihat seorang cewek bermuka oriental dan memakai jilbab berjalan terburu-buru. Kami memutuskan mengikuti si cewek oriental tersebut. Tapi kemudian kami kehilangan dia saat di tekongan jalan, kami ga tau harus kemana berjalan, tapi feeling kami mengatakan kami berada di jalan yang benar. 

Berjalan melihat kanan dan kiri sudah terasa aura muslim disini beberapa kali kami melihat orang-orang berwajah arab melintas di depan kami. Berarti kami tidak salah. Saat itu aku dan Mas Didit melihat ada gapura yang bertuliskan arab aku fikir masjidnya berada di jalan masuk gapura tersebut ternyata salah. Setelah bertanya beberapa kali dan tentunya menggunakan bahasa tubuh kami harus keluar lagi dan begitu berada di gapura kami melihat ada seorang dengan memakai jilbab berjalan. Harus mengikutinya ehh 50 meter dari gerbang gapura dan tepat diseberang jalan ternyata itulah mesjidnya. Mungkin karena mesjid – mesjid disana berbeda dengan mesjid – mesjid yang ada di Indonesia dengan kubah yang megah jadi Aku dan Mas Didit tidak menyangka kalau itu adalah mesjid 


Masuk ke dalam mesjid aku sempatkan mengabadikan berberapa foto-fotodan  Mas Didit sholat tahyatul Aura mesjid, benar-berar berbeda dengan yang ada di Indonesia. Dan ternyata selama aku di negeri China baru kali inilah toilet yang ada air nya untuk membasuh. Benar-benar Islam mengajarkan kebersihan. Luar Biasa….


Didepan Mesjid banyak terdapat tempat makan halal. Mulai dari makanan timur tengah sampai makanan tradisional yang halal. Mesjid tua ini menjadi mesjid bersejarah karena banyak sekali wisatawan berkunjung disini dan lagi-lagi wajah Indonesia dan Bahasa Indonesia yang aku rindukan terdengar disni. Makin rindu dengan Negara ku Indonesia Mas Didit memilih makan di warung muslim di sebrang pintu gerbang mesjid tapi karena semua menunya daging aku ga beminat makan jadi Cuma ngeliat mas Didit makan aja. Di depan rumah makan ini juga ada buah-buah kering yang dijual. Ada kiwi kering, anggur, jeruk, semuanya di keringkan. Kami membeli untuk oleh-oleh ketimbang gada yang dibawa dari sini.



Setelah Mas Didit selesai makan aku juga lapar, aku minta sama mas Didit untuk cari rumah makan muslim yang lain. Menunya ala kebarat-baratan spagetty. Hehehe Mas Didit bilang mau sholat zuhur dulu di mesjid berarti aku harus makan sendirian gapapa lahhh. Gada yang nyulik juga. Heheheheh




Setelah aku selesai makan… koq Mas Didit dan jamaah lain ga selesai-selesai yaaa sholatnya. Karena aku juga sudah bosan menunggu di rumah makan aku langsung aja berinisiatif untuk menunggu Mas Didit didepan pintu gerbang masjid. Pemandangan di pintu gerbang masjid aga berbeda ada banyak orang yang berdiri di depan masjid sambil membawa brochure dan lain lain, pakaiannya keren-keren aku blom tau apa yang akan mereka lakukan disana. Cuma berdiri dan menunggu Mas Didit. 

Sekitar setengah jam aku berdiri menunggu Mas Didit dan jamaah lain akhirnya keluar baru aku sadari ternyata orang-orang yang sudah berbaris tadi membagikan brochure kepada Jamaah masjid. Aku langsung bertanya kepada Mas Didit koq lama kali Mas Sholatnya, sambil ketawa Kecil Mas Didit bilang ini rupanya hari Jum’at Wan… Ya Ampuun pantesan yang keluar masjid laki-laki semua dan lama sholatnya. Udah lupa sama hari akibat kelamaan backpacker. 

Shenzhen… ke Huang Zhou


Menurut internet jadwal kereta api dari Shenzhen ke Huangzhou setiap jam, tetapi kenyataannya tidak setiap jam kereta yang menuju ke Shenzen. Dan saat kami tiba di Stasiun Huang Zhou Selatan kereta yang menuju Shenzen baru saja berangkat dan kereta berikutnya paling cepat 4.25 pm atau 2 jam lagi. Ya Ampuuunn apa yang harus kami lakukan ??? Malam ini kami harus terbang ke Kuala Lumpur. Aku panik takut ga sempat balik ke Shenzhen dan tengah kepanikanku Mas Didit memaksa ku untuk membeli tiket pukul 04.25 pm tersebut. Sempat berdebat karena aku terlalu khawatir ketinggalan pesawat. Mas Didit bilang kita ga punya pilihan semoga waktu nya sempat. Hmmm… dengan perasaan lunglai aku mengikuti Mas Didit berkali-kali aku protes ke dengan jadwal di webseite yang ga sesuai dengan kenyataannya. Jarak Huang Zhou – Shenshen sekita 130 km kalau naik kenderaan juga akan memakan waktu sekitar 2 jam dan kami tidak tau naik apa kesana. Cuma kereta lah yang menjadi alternative. Gada yang bisa diperbuat selain berdoa semuanya on schedule.

Dengan kata lain. Kami tidak akan sempat keliling Shenzhen waktu yang ada kami habiskan hanya untuk menunggu di HuangZhou. Duduk diruang tunggu waktu terasa lama berjalan. Sepertinya saat aku melihat jam, waktu hanya berubah 1 menit sangat lambat berjalan. Kami merencanakan apa yang akan kami lakukan setelah sampai ke Shenzhen untuk mempercepat waktu ke Bandara Shenzhen. Mas Didit berniat dengan MRT tetapi aku lebih memilih naik taxi. Yang jelas kami harus balik ke penginapan untuk mengambil barang-barang yang sudah kami titipkan.

 2 jam berlalu juga kami naik ke kereta dan kereta melaju. Kami tidak menikmati perjalan di dalam kereta, tapi Mas Didit masih bisa tidur… Haiyaaa…. Sementara aku sudah dengan kecemasan tingkat Kabupaten. Cepat lah sampai kalau perlu sampai lebih cepat dari jadwal sebenarnya. 1 jam berlalu dengan sangat lambat akhirnya kami sampai di Shenzhen. Seperti rencana di awal aku dan Mas Didit akan berlari menuju hotel. Mas Didit akan membawa seluruh barang-barang bawaan ku dan aku diminta harus menahan sakit kaki ku, karena ini sangat genting. Jangan manja – manja dulu kata Mas Didit. Kaki ku benar-benar bisa diajak kompromi sakit sih dibawa berlari tapi rasa ketakutan ketinggalan pesawat mengalahkan rasa sakit ini. Padahal aku selalu minta ditungguin kalau naik atau turun tangga. 

Setelah seluruh barang bawaan kami ambil dari hotel kami berdebat akan naik apa ke Bandara. Aku bilang kalau naik MRT takutnya ga akan sempat, butuh waktu 1 jam sampai ke bandara. Sementara kalau naik taxi sekitar  45 menit trus juga tadi antrian orang naik MRT begitu panjangnya. Aku nekat harus naik taxi. Aku bilang ke Mas Didit waktu kami Cuma 2 jam lagi dari take off karena saat itu pukul 6.45 pm kami akan berangkat pukul 09.00 pm hanya ada 2 jam lagi. Sudah 10 menit belum ada taxi yang mau berenti semua penuh. Mas Didit juga mulai panik, dia bilang Aku naik taxi dan dia naik MRT dengan kata lain kami berpisah, tentu saja aku tidak mau. Dengan terpaksa sepertinya Mas Didit mengikuti ku unutk naik taxi dan dia bilang kalau waktu kita 10 menit lagi. Kalau ga ada dapat taxi kita naik MRT. Deal… aku setuju Tenyata susah sekali mencari taxi disini. Akhirnya aku yang keras kepala ini membagi tugas. Mas Didit nyari taksi di depan hotel dan aku di sebrang jalan depan hotel. 

Akhirnya aku mendapat taxi duluan dan aku berteriak dari seberang jalan memberitahu Mas Didit yang dengan segera di datang ke arah ku. Aku tidak bisa berbahasa China, tapi aku fikir airport adalah bahasa umum semua orang juga pasti tau, apalagi supir taxi sudah biasa membawa penumpang. Si supir ga ngerti apa yang aku bilang aku harus menunjukkan ke supir taxi peta MRT Shenzhen yang ada gambar pesawatnya. Dia masih geleng-geleng. Aku minta tolong kepada orang-orang yang di pinggir jalan. Untuk menjelaskan dengan supir taxi. Berberapa orang yang aku minta tolong malah ga bisa berbahasa Inggris. Duhhh susahnya berkomunikasi dengan mereka… Stess, panik, kesal, marah menjadi satu saat itu. Sekali lagi kepada supir taxi aku coba berkomunikasi menunjukkan gambar pesawat di peta MRT dan dia kembali menggelang. Aku merentangkan tanganku kemudian berlagak seperti pesawat yang akan terbang. Dia juga tidak tahu… Ya Allah… susah nya… Mas Didit berhasil meminta tolong kepada orang dijalan untuk menjelaskan kepada supir taxi. Dan supir taxi kembali menggeleng. Kami tidak mengerti menggeleng tidak mengerti atau tidak mau ngantar. STRESSS.


Kita naik MRT Mas Didit berkata tegas, aku harus mengalah waktu 10 menit yang diberikan kepada ku sudah berlalu menjadi 18 menit. Waktu yang sia-sia terbuang padahal 1 menit pun sangat berharga buat kami. Kami berdua berari menuju stasiun MRT dan dari Shaibu menuju Laujie. Semua dengan berlari beruntung MRT arah menuju bandara tidak ramai dan kami hanya perlu menunggu 5 menit untuk naik MRT nya. 


Begitu duduk didalam MRT mata ku terus mengarah peta MRT yang ada di depan ku. Kami harus melewati 30 pemberhentian kalau 1 pemberhentian membutuhkan waktu 2 menit maka kami butuh waktu 60 menit untuk sampai ke Bandara dan butuh waktu 10- 15 menit lagi untuk naik M46 ke bandara. Ahhh semoga tidak terlambat.


Tik tok tik tok…

Kami telah melewati 30 pemberhentian, untuk ke airport kami harus berhenti di Hau Rui dan langsung ada shuttle bus free dengan nomor M46 ke airport. Untungnya kami juga tidak harus menunggu lama. Bus nya sudah penuh dengan aku dan Mas Didit penumpang terakhir. Butuh waktu sekitar 10 – 15 sampai ke airport. Dan 15 menit itu pun berlalu. 

Begitu sampai airport kami langusung berlari untuk check ini. waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 8.30 pm menit. Ga cukup sekali juga nanya tempat check Air Asia, harus 3 kali nanya counter check in Air Asia yang ternyata ada di Barisan I. Wihhh udara dingin, berlari ga minum buat sulit bernafas. Finally Nyampe juga di check in  counter. Wiuhhh lega tapi blom selesai kalau boarding pass blom ditangan.Masalah belum selesai rupanya, tenyata bagasi yang sudah aku pesan dari Medan tidak terdaftar di AirAsia China ini. jadi ransel kami harus naik ke kompartemen di dalam pesawat. Untungnya ransel – rensel ini ga beranak bercucu. 

Mau minta maaf sama Mas Didit sebenarnya pesawat kita bukan jam 09.00 pm tapi jam 09.40 pm. Sengaja bilang jam 9 biar kita ga telat. Dan ga menyepelekan waktu. Hehehe Melewati imigrasi dan masuk keruang tunggu yang ternyata pesawat kami harus delay hampir 1 jam. Anggplah delay ini menenangkan hati kami dan mengistirahatkan fikiran kami yang terlalu ribet dengan waktu mepet. 

Fly to Kuala Lumpur… Selamat tinggal China. Suatu saat aku akan datang lagi ke sini dengan orang-orang yang aku sayangi. 3.45 menit mengudara sampailah di Negara tetangga pukul 02.30. Menunggu disini sampai pukul 07.30 sebelum terbang lagi ke Negara ku Indonesia dan Kota tercinta ku Medan 

Welcome To Medan…
Kemanapun aku melangkahkan kaki...
Menjelajah negeri orang...
Tetapi Negeri ku Indonesia tetap kurindu.
Aku mau mati dan dikubur di negeri ku tercinta ini !
INDONESIA….

Friday, April 11, 2014

Brother and Sister Backpacke to China - Hongkong To Macau dengan Kapal Ferry. One Day In Macau

- Part 8 –

Kamis, 20 Februari 2014

Sudah hari Kamis, berarti sudah 8 hari kami menjelajah China. Pagi ini kami bingung mau kemana. Keliling Hongkong rasanya sudah cukup. Dengan sedikit perdebatan akhirnya kami memutuskan akan mejelajah Macau. Bergerak dari hotel pukul 8 pagi. Packing barang untuk langsung check out tapi sebelumnya kami titip barang-barang kami dulu di Hotel dan akan diambil nanti sore.



Dari Hotel kami akan bergerak ke Port Kowloon. Kami memilih untuk berjalan kaki tapi kami bingung bagaimana menyebrang ke sebelah jalan sementara tidak ada jembatan peyembrangan disana. Kami menyusuri jalan menuju port berharap akan ada celah atau zebra cross untuk meyebrang tapi ternyata jalan buntu. Kami balik lagi dan masuk ke komplek pertokoan siapa tau ada jalan menuju sebrang jalan. Tapi apa yang mau dikata lagi-lagi kami menemukan jalan buntu disana. Aku dan Mas Didit sudah mulai bingung. Gimana caranya kesebrang sana ya. Karena jika kami mau ke Kowloon Port kami harus menyebrang jalan. Kami berputar di tengah jalan diantara toko-toko, sambil berfikir bagaimana kesana.
Aku melihat ada jalan menuju kebawah. Aku bilang ke Mas Didit untuk masuk kesini siapa tau jalannya nembus ke sebrang. Antara yakin dan tidak yakin kami menyusuri jalan bawah tanah. Berjalan sekitar 300 meter dengan harap-harap cemas dan benar saja begitu sudah keluar dari jalan bawah tanah kami mendapati kami sudah berada di sebrang jalan. Kami saling pandang sama Mas Didit dan menikmati kebodohan kami yang malu bertanya jalan-jalan.

Dari keluar penyembrangan bawah tanah, kami berjalan melewati toko-toko dengan kualitas barang branded, berjalan sekitar 1 km dan sampailah di Koowloon Port yang ternyata ga keliatan kalau itu adalah pelabuhan laut. Malah terkesan seperti mall.Kami bertanya tempat penjualan tiket yang berada di lantai 2. Begitu berada di atas kami menyaksikan ada antrian panjang di salah satu loket karcis yang kami tau ternyata antrian loket untuk kapal Jet starr tertera tulisan disana untuk keberangkatan pukul 12.30. Hmmm sementara saat ini masih pukul 10 kalau kami harus menunggu sekita 2 jam lebih.


Aku minta mas Didit bertanya kepada loket untuk keberangkatan pukul 10 atau sebelas. Sepertinya tidak ada jet star sudah sold out. Tapi Mas Didit ga masih terus loket – ke loket mencari tiket. Sementara aku Cuma menunggu dan sambil memperhatikan sekeliling pelabuhan. Gedungnya bersih, dan banyak toko-toko yang menjual barang-barang branded. Sekali lagi Surganya belanja adalah Hongkong.

Mas Didit menuju kearah ku dengan dua tiket di tangannya. Alhamdulillah akhirnya kami dapet tiket ke Macau juga. Tapi kenapa tiket yang aku pegang dan orang lain pegang beda ya ?? Mereka naik Jet Star dan kami naik Cotai Jet. Ga apa- apa lah yang penting sampai nya sama dan sama-sama 1 jam juga sampai di Macau. Harganya $ HK160 / orang. Kami masuk ke ruang tunggu bergabung dengan para penumpang lain di ruang sebelum boarding.

Ada yang ganjel lagi dengan dengan tiket kami apa, dan kami sendiri ga tau apa yang mengganjal itu karena kalau ngeliat dari tiket tujuan kami adalah Macau sudah tepat dengan yang tertera pada tiket kami. Lama kami memperhatikan tiket kami sampai akhirnya kami sadar tujuan kami memang ke Macau tapi Bukan Macau Ferry terminal tapi di Taipan Ferry Terminal. Kami mulai kebingungan, apakah kami salah jurusan, apa kami akan benar-benar sampai di Macau. Mas Didit menenangkan ku. Yang penting sampai dulu nanti kalau sudah sampai baru kita liat lagi apa yang mau kita buat. Tapi aku panic aku ga tau kemana tujuan kita dan Tapian apa itu? Dimana itu Taipan ? Sebelah mana nya Hongkong.

Kami harus melewati imigrasi Hongkong sebelum masuk ke ruang tunggu dan menunggu boarding aku langsung searching ternyata Taipan itu adalah salah satu pulau dari 3 pulau besar di Macau dan letakknya berada di Tengah. AKu mencari bagaimana caranya dari Taipan ke Macau. Sedikit lega setelah mendapat info sedikit ternyata kami tidak nyaasar. Alhamdulillah. Walau masih dengan perasaan takut tapi aku coba menenangkan diri sampai saatnya boarding. Di dalam very aku terus mencari info Tentang Taipan dan Macau. Karena Macau tidak ada dalam list kunjungan kami. Tapi sudah lah ini akan menjadi pengalaman tidak terlupakan dalam hidup kami.

Setelah mengarungi laut selama 1 jam akhirnya kami sampai di Taipan juga. Masuk imigrasirasi Macau dengan bahasa Portugis yang berada di kanan sepanjang jalan dipadukan dengan Tulisan China. Setelah sampai kami akan menumpang suttle bus Venetian menuju hotel. Begitu keluat terminal Ferry sebelah kiri sudah ada bus Venetian yang menunggu aku dan Mas Didit masuk ke dalam bus. Entah lah bagaimana kami akan ke Macau tapi yang jelas kami sudah berada di dalam Bus.

Begitu mobil bergerak aku dapat menyaksikan bangunan-bangunnan bertemakan Portugis dengan detail arsitektur yang memukau. Cantik sekali Macau. Tidak berapa lama kami sudah sampai di Venetian Hotel ternyata kami hanya berputar sudah sampai.

Berhubungn kami naik shuttle bus kami harus bersedia diturunkan di Venetian Hotel. Walaupun masih berkecamuk bagaimana caranya ke Macau tapi aku sempatkan untuk berfoto yang katanya adal symbol dari Venetian. Ada wajah Asia yang seperti kami disana, aku dan Mas Didit mencuri dengar apa yang mereka kataka. Ternyata wajah Indonesia tapi bahasanya bukan bahasa Indonesia. Entah bahasa apa aku ga ngerti baru saat aku mengintip passport mereka ternyata orang Philipina.

Aku melihat dia membawa peta Macau. Aku mendekati mereka dan bertanya dalam bahasa Inggris dari mana mereka memperoleh peta itu. Ternyata mereka mendapat peta saat keluar imigrasi. Ahhh aku terlalu memperhatikan gadget ku mencari cara bagaimana ke Pusat Kota Macau. Karena dia membawa peta aku minta izin untuk memfoto peta yang dia bawa. Gapapa lah untuk modal

Masuk kedalam Ventian Hotel dengan suasana yang berbeda dengan hotel-hotel yang pernah aku datangi. Macau pusat judi dan benar saja setiap hotel menyediakan casino. Ada batas area yang tidak boleh dimasuki oleh orang-orang yang tidak berjudi.

Aku dan Mas Didit masih belum mendapat titik terang bagaimana kami akan ke Macau. Aku bertanya kepada petugas hotel dan dia menyarankan agar kami keluar hotel dan menuju ke sands cotai central. Sebenarnya kami tidak yakin tapi kami coba keluar hotel dan mengikuti apa yang petugas hotel katakan. Sambil berjalan dengan kebingungan harus tetap mengambil kesempatan untuk menikmati Taipan. Benar-benar kota yang indah dan terawatt. Taman-taman yang indah, di taman ada pohon jeruk yang buahnya menggugah selera. Coba ada taman jeruk di Medan yakin bakal sehari di panen sama warga.

Walaupun masih bingung foto-foto harus tetap jalan, tapi kayaknya Mas Didit sudah kehilangan rasa ingin exist nya dia ga mau diajak foto malah mau nya motoin aku terus. Terima kasih Mas Didit. Kami berjalan menyebrangi Venetian Hotel menuju Sans Hotel. Di taman  ada petugas yang membersihkan taman, aku kembali bertanya bagaimana caranya kalau kami mau Ke Macau. Ehh dia malah mericau sendiri. Waduuhh aku makin ga ngerti dia ngomong apa. Sambil senyum – senyum aku dan Mas Didit meningglkan dia sedang mericau. Hahahahah. Ada petugas lain, sepertinya polisi. Bertanya lagi ga salah dunx. Baru mengucapkan excuse me dan kami  belum bertanya dia langsung geleng-geleng kepala sambil senyum – senyum kalau dia ga mau ditanya. Sepertinya kami sudah bertanya ke pada lebih dari 3 orang dan jawabannya mereka ga ngasih jawaban apapun kecuali senyum dan menggelengkan kepala sambil mericau yang aku ga tau artinya. Baiklah Duhh nasib… nasib nasibb.. sudah lah kami melangkah terus, sambil minta di fotoin sama mas Didit. Perjalanan harus tetap menyenangkan. Akan menjadi luar biasa ketika kami berhasil

Kami masuk kesebuh hotel yang bangunannya sangat megah. Aku rasa semua bangunan di Macau Megah semua. Coba-coba masuk dan lagi –lagi restoran merah dengan casino dimana-mana. Aku coba bertanya kepada petugas yang memakai baju koki. Begitu aku mendekati dia sudah tersenyum ramah, jangan sampe dia Cuma senyum trus menggeleng tapi ga ngasih jawaban apapun. Tapi sebelum aku mengajukan pertanyaan petugas lain dengan berwajah seperti wajah orang India mendekati kami dan koki itu tersenyum meninggalkan kami. Mungkin si petugas yang baru masuk tau kalau melayani tamu adalah tugasnya si koki melayani masakan kali yaa.

Setelah kami berhadapan dengan petugas tersebut, dia langsung menebak kami dari mana dengan bahasa Melayu “ Dari Indonesia kah?” Woowwww ini amazing rasanya setelah ditolak oleh beberapa orang karena faktor bahasa akhirnya ada yang bisa berbahasa Melayu. Tentu nya kau bertanya dia dari mana. Petugas yang baik hati itu berasal dari Malaysia, dan dia tau kami orang Indonesia karena jaket yang Mas Didit kenakan ada bendera merah putih. Negara ku… Aku Rinduuuu

Senang sekali bertemu lagi dengan teman serumpun. Dia menjelaskan kepada kami dengan sangat jelas bagaimana kami akan ke Macau, dia juga memberikan peta tersebut kepada kami. Kami kami sadar ternyata peta nya bukan bahasa Inggris tapi bahasa Portugis dan Mandarin. Penjelasan sahabat dari Malaysia sangat membantu.

Pertama kami harus keluar dari hotel mewah ini menuju gedung yang bertuliskan Hardrock hotel, di dalam gedung tersebut di lantai paling bawah ada shuttle bus gratis menuju Macau. Alhamdulillah gratis. Padahal sebelumnya kami sudah berada di depan gedung tersebut. Memang banyak yang hilir mudik tapi kami fikir mereka akan berbelanja. Akhirnya… kami sampai juga ke baseman dan menemukan shuttle bus tersebut. Sudah banyak orang yang mengantri. Tujuan kami adalah Central

Menunggu kurang lebih 10 menit petugas mempersilahkan kami masuk. Walaupun bus nya gratis tapi fasiltas dan pelayannanya berkelas dan professional. Menyenangkan sekali. Berada di dalam bus dan menikmati perjalanan menuju Central, perjalana kurang lebih di tempuh dalam waktu setengah jam lebih sedikit

Akhirnya kami sampai di Macau… Bangunanya keren-keren. Unik dan berseni. Hari ini kami menghabiskan waktu di Macau tapi kami ga tau mau kemana tujuan kami. Jadi yang kami lakukan adalah berjalan mengelilingi central. Memperhatikan taman yang indah. Kemudian melihat toko-toko bermerek. Setiap sudut kota Macau adalah casino. Kami berjalan dari blok ke blok sambil bercerita ringan dengan Mas Didit. Senang rasanya sudah bisa sampai disini.

Di Macau tidak perlu menukar dengan mata uang Macau, kita dapat menggunakan $ HK disini. Setiap barang dan jasa yang dijual sudah mencantumkan nilai mata uang Hongkong dan Macau. Kaki semakin sakit. Aku perkirakan kami sudah berjalan lebih dari 10 kilometer sampai dengan saat ini. Pegal tal tertahankan. Mas Didit memang saudara yang baik. Dia selalu memberikan aku jedah untuk istirahat kalau aku sudah tidak sanggup jalan, dan tentunya dia membawakan tas orange ku.

Cukup berfoto-foto dan menikmati Kota Macau waktu nya kembali Ke Hongkong. Sabahat serumpun tadi sudah memberitahukan kami bus yang menuju Macau Ferry terminal. Bus nonmor A10, A3,A2 dan ada bebera lagi yang menuju Macau Ferry terminal. Ongkon bus nya adalah 5 $ HK, berbarti kalau adalah  10 $ HK. Uang recehan kami sudah habis dan Hongkong Dolar kami pecahan paling kecil 20 $ HK. Yang ada hanya 8 $ HK. Kami masih mengantongi recehan RMB atau Yuan China kami berikan 2 $HK menjadi 2 RMB. Maaf pak. Bukan kami ga bayar kami mengantikan mata uangnya ya pak. Tohh lebih mahal Yuan pak. Hehehhe. Saat masuk buk dan memasukkan duit ke tempat coin, kami pura-pura ga tau kalau kami menyelibkan 2 yuan disana. Hehhehe



Tidak lebih 10 menit kami sudah sampai ke Macau FerryTerminal. Kami langsung memesan tiket kali ini kami naik Jet Star dengan ongkos 148 $HK, untuk keberangkatan Nah lagi-lagi Mas Didit salah direction harusnya ketibaan di Kowloon bukan Hongkong.  Karena kalau dari Koowloon kami tinggal berjalan kaki seperti saat pergi tadi menuju Hotel. Kalau Hongkong kami harus naik MRT lagi ke Tsim Sam Tsui. Sama aja yang penting nyampe

1 jam kembali ke Hongkong. Di Hongkong terminal banyak restoran disana, perutku lapar sekali, pengen makan makanan Jepang tapi takut tidak halal. Di terminal ini tidak ada makanan halal. Apa hendak dikata kami makan di restoran cepat saji KFC. Emang sih ga tau motongnya pake Bismillah atau tidak tapi yang jelas tidak mengandung babi. Kami putuskan makan KFC saja. Toh disini tidak ada restoran berlogo halal ala MUI  kami yang membacakan Bismillah sebelum makan. Hehehhe

Hongkong  to Shenzen

Selesai makan kami menuju Tsim Sam Tsui dengan MTR. Dari stasiun kami langsung menuju hotel untuk mengambil barang-barang yang kami titipkan. Dari sama balik lagi ke TST stasiun untuk menuju Lo Wu keluar dari Hongkong. Hari ini kami menyelesaikan perjalan kami di Hongkong. Kami akan kembali ke Shenzen dan menginap di Shenzen malam mini. Hotel sudah kami booking tinggal masuk saja.

Sampai di Lo Wu kami harus keluar imigrasi Honkong dan masuk ke Imigrasi China. Karena visa kami double entry semuanya tinggal masuk saja ke China. Hongkong setelah masa penyewaan selesai dari Inggris kembali ke China tapi setiap mau masuk ke Hongkong harus tetap pakai passport bagi kedua Negara.

Menuju Hotel dari Lou Hu untuk sebutan di China dan Lo Wu di Hongkong kami harus naik MRT lagi menuju Lou Jie line berwarna Hijau. Sampai di Lou Jie pindah line dan berhenti di Shaibu. Sampai di Shaibu keluar pintu A1. Setelah di pintu keluar A1 tinggal jalan terus ada jembatan, nah jalan dikit lagi liat sebelah kiri ketemu deh Garden Inn Hotel. Hotelnya strategis, ada tempat makan di sebrang hotel KFC, Pizza, Mc.D. dan ada ada pasar yang bukannya malam hari.

Sampai di hotel aku langsung tunjukkan kode pemesanan kami dan bukti pemesan kami. Si petugas tidak bisa berhabasa Inggris lagi-lagi kami menderita dengan kendala bahasa. Tidak banyak bicara antara aku dan petugas hotel kami harus deposit 100 RBM dan dia mengatakan kamar kami dengan suara dan pengucapan yang tidak jelas. Sampai aku bertanya berkali-kali apa yang dia ucapkan. Akhirnya dia menulis  702 itulah kamar kami. Haduhh aku stress lagi perasaan dari ucapan yang dia sebutkan dia bilang “hepen ong du” ternyata seven O two. Oalaahhh… Ayo lah Mas kita letakin barang kita dikamar. Lama-lama disini bisa stress aku Mas. Mas Didit tertawa geli.  

Setelah melatakkan barang-barang dikamar. Kami ga mau menyia-nyiakan waktu kami. Kami sempatkan untuk berjalan dipasar malam. Dan tentu saja membeli sedikt hal-hal aneh dari Shenzen ini. Kendala bahasa membuat kami harus menjadi alhi body language semua dengan bahasa tubuh.  Jika ingin tau dan menawar harga kami harus bermain dengan kalkulator, mengetik angka yang kami inginkan dan dia juga kembali mengetik angka yang dia jual.

Untuk makan malam kali ini dengan Mc.D. tentunya dengan bismillah. Hehhehe setelah lelah dengan kejadian hari ini kami harus beristiahat. Rencana besok masih samar-samar antara keliling Shenzen atau ke Huangzou… kita liat besok mood nya.

Wednesday, April 02, 2014

Brother and Sister Backpacke to China - Hongkong Victoria Peak, Hongkong Botanical Garden, Victoria Park and Ladies Market

 - Part 7 -

Rabu, 19 Februari 2014

Selamat Pagi Hongkong….

Rasanya malas untuk bangun dari tempat tidur yang hangat ini, dengan kekuatan yang dipaksakan aku bergegas untuk mandi disusul Mas Didit yang juga agak malas-malasan bangun. Musibah selalu datang di saat yang tidak di duga-duga. Selesai mandi, saat membuka pintu slidding glass door tiba-tiba saja pintu kacanya pecah remuk berkeping – keeping. Aku dan Mas Didit tiba-tiba terdiam melihat kejadian itu, sesaat kami sadar kami harus mengganti biaya kerusakan pintu.
Kami buru-buru packing dan melaporkan kepada pemilik hotel apa yang terjadi, mau apa lagi kami harus menggantinya. Mereka meminta biaya pergantian $HK 1000. Woowwww besar sekali kami menawar yang disetujui di angka $HK 800. Bangkrut seketika. Kejadian ini tidak boleh mengacaukan rencana kami, kami harus tetep happy, anggap aja kejadian diluar dugaan atau force major dan bonus untuk pengalaman yang tidak terlupakan.
Meninggalkan hotel penuh kenangan menuju Hotel yang sudah kemi pesan tadi malam via internet. Masih Daerah Tsim Tsam Tsui yaitu Chungking Manstion. Tidak sulit mencari Manstion nya berada di Nathan Road. Hotel yang kami pesan adalah Backpack Downtown di lantai 3. Berhubung kami datang sebelum waktu check in konfrmasi kami belum sampai di hotel. Dari pada nunggu lama-lama konfirmasinya kami titip tas dihotel untuk segera keliling Hongkong. Ternyata kami harus bayar $HK 20. Gapapa lah yang penting tas kami aman dan bisa keliling Hongkong dengan nyaman.

Victoria Peak
Tujuan hari ini Victoria Peak. Itu loh tempat tertinggi di Hongkong dari sana bisa liat Pemandangan Kota Hongkong. Dari Tsim Sam Tsui kami naik MTR menuju Central $HK 9 dari situ berjalan menuju Tram untuk naik ke Peak, untuk dua arah harga nya $HK 70 sedangkan untuk 1 arah saja $HK 45. Kami pilih yang dua arah. Ada antrian tiket yang lumayan mengular. Ada relawan yang mengambil foto sebelum kami sampai di pembelian tiket ternyata bukan relawan pemirsahh, hasil foto tadi dijual juga. Ada Foto latar belakang Peak di malam hari dan 2 gantungan kunci. Aku tergoda buat beli, sebagai kenang-kenangan sudah pernah ke Peak tapi harganya $HK 100 kemahalan kata Mas Didit

Masih diantrian ada patung lilin tokoh dunia, kita sepetin foto ahhh. Setelah pembelian tiket selesai, menuju Victoria Peak kita harus naik tram ke arah atas. Yah kurang lebih sekitar 10 menit lah naik ke atas. Sampai pintu gerbang Gedung Victoria Peak kita akan disambut oleh pusat oleh-oleh dan segala macam toko yang branded judulnya. Silahkan memanjakan mata dan menguras kantong kalau mau beli. Kala aku cukup memandang saja… menahan selera lagi untuk beli aksesoris panda yang lucu, Mas Didit yang kembali mengingatkan tujuan kita bukan belanja tapi jalan-jalan, uang kita terbatas jadi tahan nafsu belanja ya dekk… Siap komandan lahhh Mas.
Di Victoria Peak ini ada rumah patung Lilin Madame Tussauds, di pintu masuk ada patung lilin Bruss Lee. Ya sudah kita foto bareng sama si Bruss Lee, sementara untuk masuk ke rumah patungnya kayaknya tunda dulu deh selain mahal, masih banyak tempat yang akan kita kunjungi. Hheheh

Peak tempatnya paling atas gedung jadi ikuti aja escalator sampai tempat tertinggi, nah di pintu keluar kita akan ditawari headset sama gadget yang menceritakan tentang Peak dan tempat-tempat wisata di Hongkong, petugas yang cantik-cantik kan bertanya headset dalam bahasa Inggris atau mandarin. Inggris dunx. Begitu berada diluar disambut udara dingiiiin sekali, maklum Peak berada di atas dan saat ini adalah musim dingin. Katanya kalau malam ke Peak suasana lebih beda dari  atas sini bisa liat lampu-lampu berwarna warni yang meghiasi Hongkong. Gapapa dehh yang penting udah nyampe Peak.

Di Peak ada  teropong untuk melihat Hongkong kalau mau make harus bayar dulu $Hk 5. Hehehheh. Nah ada juga disediakan kertas untuk menulis kesan dan pesan tentang Peak dan di gantung di tempatnya yang berbentuk Love, ikutan nulis juga dunx tapi ga mau nulis tentang Peak ahh. Tapi harapan bakal balik lagi kesini. Aseekkkk. Aku ga tahan sama dinginnya, jadi buru-buru masuk lagi ke Peak dan berkeliling di sekitar gedung Peak.

Masih ada taman Victoria Peak yang bener-bener terawat dan tertata rapi, jadi cemburu liat taman di Kota ku Medan yang kalau mau masuk aja taman nya di Kunci. Hikss… Pokoknya keliling Peak sampe puas. Sepertinya setiap sudut kota Hongkong adalah tempat wisata, semua destinasy terpampang dengan jelas di pinggir-pinggir jalan. Tinggal diikutin ga akan tersesat

Hongkong Botanical Garden
Setelah dari Victoria Peak, turun lagi dengan tram, keluar Peak dari pintu yang sama dan langsung ke arah Kiri jalan, ada tulisan di plang penunjuk arah “Hongkong Botanical Garden” Kayaknya harus kesana nih. Berjalan ke arah kiri dari pintu keluar Victoria Peak dengan jalan yang menanjak membuat aku ngos ngosan. Sampai di pintu gerbang Hongkong Botanical Garden aku minta istirahat sebentar karena rasanya kaki ku ini ga bisa buat dilangkahkan lagi. Sakit sekali rasanya kaki sebelah kanan ku. Mas Didit ga tega liat aku kesakitan dia mengambil tas ku untuk membawanya. Kaki ini sakit sekali untuk menuruni dan menaiki tangga. Aku harus sering-sering minta break sama Mas Didit. Selama backpacker kami berjalan hampir 10 km setiap harinya. Mungkin karena kelelahan kaki ku menjadi sangat sakit.
Tapi sakit kaki ga boleh mengahancurkan backpacker kami, ini lah backpacker dengan segala tantangan dan resikonya.
Masuk dan Berkeliling  Hongkong Botanical Garden sangat menyenangkan sekali. Selain gratis kita juga bisa melihat beberapa hewan dan bunga-bungan yang tumbuh subur. Taman ini benar-benar dirawat. Di Hongkong banyak gedung-gedung pencakar langit, dan banyak juga taman-taman kota yang bisa dinikmati masyarakat dan wisatawan. Keseimbangan kota yang sempura


Victoria Park
Setelah lelah berkeliling kami akhirnya memutuskan ke Victoria Park. Aku yang paling pengen kesini. Terbayang-bayang sama film Indonesia yang berjudul "Minggu Pagi di Victoria Park". Film yang menceritakan perjuangan TKI di Hongkong dan mereka berkumpul setiap minggu pagi di taman ini. Dari Hongkong Botanical Garden kami harus mencari stasiun MTR untuk menuju Victoria Park. Karena memang judulnya adalah jalan-jalan setelah dari Hongkong Botanical Garden kami mengelilingi Hongkong. Jarak kami dengan MTR itu jauh. Harus jalan lagi sepertinya, sebenarnya dekat sihh Cuma karena tidak boleh menyebrang sembarangan akhirnya menjadi jauh kalau menyebrang harus melalui jembatan penyebrangan yang atau harus lewat jalan di bawah tanah yang jaraknya buat makin jauh ke MTR. Kaki semakin sakit tapi Mas Didit tetep memberikan semangat ke aku.

Akhirnya kami sampai di Central stasiun. Menuju Vicoria Park kami harus mengambil tujuan ke Couseway Bay atau Tin Hau karena Victoria Park berada di antara dua station ini.   Pilihan kami adalah Tin Hau benar saja begitu keluar dari stasiun Tin Hau kami langsung berada di Victoria Park. Akhirnya landed here. Ga Cuma membayangkan lewat tivi saja. Berkeliling di Victoria Park lagi-lagi dengan taman yang terawatt merasa nyaman sekali.

Warung Surya di Victoria Park
Perut kami belum diisi, dan aku mulai lapar, kami berkeliling dan mengikuti papan petunjuk arah yang menggambarkan café n rest. Lumayan jauh berjalan akhirnya sampai di café tersebut. Tiba-tiba Mas Didit langsung bilang "BU, ada Bakso" aku langsung memalingkan wajahku ke Mas Didit dan bergantian ke pemilik warung yang menjawab dengan bahasa Indonesia yang fasih "ADA". "Bu, bakso nya ala Backpacker yaa" Mas Didit melanjutkan. Sebelum aku kebingungan lebih lanjut aku juga memesan menu nasi tempe penyet, kangen sekali makan makanan khas Indonesia. Selagi aku menunggu makanan aku sempatkan untuk berbincang dengan pemilik warung, ternyata si Ibu memang orang Indonesia dan jago masak. Warungnya lengkap mulai menu masakan Indoensia, Chines sampai menu Eropa. Silahkan dinikmati, semua nya enak -enak. Tapi harus hati-hati pilih makanannya yang halal yaaa.

Akhirnya pesanan kami datang... beneran bakso dengan menu jumbo, nyam... nyam... nyam....hmmm.... sepertinya rumput tetangga itu lebih hijau. Koq makanan Mas Didit lebih enak dari pesenan aku yaa? Cobain ahhh... beneran enak, Indonesia banget rasanya. Setelah kenyang... aku  bisa bilang ini warung Recomended. Harganya juga tidak terlalu mahal. 

Setelah selesai makan dan berbicang dengan pemilik warung kami melanjutkan perjalanan. Tujuan kami adalah masuk ke hotel. Tadi masih nitip barang-barang ke hotel tersebut. Sambil berjalan kembali ke hotel kami menikmati berkeliling Victoria Park Hongkong, melewati jembatan penyebrangan, menikmati Hongkong. Menuju MTR TST. 

Sampai ke stasiun MTR TST kami langsung menuju Cungking Mansion menuju Lantai 3 Downtown Hotel Backpacker. Sebelum sampai di Hotel aku menerima e-mail kalau pemesanan hotel yang kami lakukan tadi malam batal. Pura-pura bertanya kepada petugas hotel dengan mengabaikan bahwa pemesanan kami batal. ternyata memang benar pemesanan kami batal kami, kami mencoba untuk memesan kamar jika ada ternyata kamar di hotel tersebut sudah full book. Beruntung petugas hotel tersebut baik dan mengarahkan kami menuju lantai 4. Sama seperti gedung di tempat kami menginap tadi malam, disetiap tempat lantai juga ada penginapan dengan pengelola berbeda.

Kami diarahkan kelantai 4 dari lantai 4 kami menaiki 1 tangga lagi ke atas dan memesan memesan 1 kamar untuk kami berdua, saat itu waktu sudah menunjukkan menjelang magrib. Setelah mengecek kamar yang akan kami tempati, membayar $HK 330 kami masuk ke kamar, segera Mas Didit Mandi, dia akan sholat magrib di masjid di Kowloon.

Ladies Market
Setelah Mas Didit kembali ke Hotel dari Sholat Magrib nya, Selanjutnya adalah belanja murah ala backpacker. Dari literature yang kami baca, belanja murah itu ada di Ladies Market yang bukanya malam hari.Dari stasiun MTR TST menuju Mongkok MTR kemudian Exit D. sudah dehhh silahkan beberlanja
Semua ada disini, mulai dari  baju – baju bertuliskan Hongkong, barang – barang khas China, segala jam, berbagai jenis sepatu, tas, aksesoris hp dan computer , semua ada disini. Saat berjalan memperhatikan barang-barang yang dipasarkan aku dan dan Mas Didit terkejut mendengar salah satu toko berbicara dengan bahasa Indonesia yang ke China – china an. “Mulah mulahh mullah…tuju biji selatus dolal” aku pandangan-pandangan sama Mas Didit memperhatikan si pemilik toko yang sedang melayani pembeli dari Indonesia, makin lama aku memperhatikan ternyata pemebeli di toko ini rata-rata berwajah Indonesia. Setelah memperhatikan lagi lebih seksama banyak orang Indonesia yang hilir mudik di pasar ini, entah sebagai pembeli atau sebagai penjual. Pantesan orang-orang disini bisa berbahasa Indonesia.

Hongkong termasuk Negara yang bebas visa untuk orang Indonesia sehingga banyak pertemuan Internasional atau reward untuk karyawan berjalan-jalan di Hongkong.

Setelah berbelanja sedikit buah tangan dari negeri ini, aku dan Mas Didit memutuskan untuk mencari makanan lagi. Lagi – lagi makan di Restoran Timur Tengah, kali ini aku memesan Pizza ala Timur Tengah. Setelah itu kembali ke Hotel.

Terlalu lelah sepertinya aku dan Mas Didit susah untuk tidur tapi kami harus tidur mala mini. Besok akan berpetualang lebih seru lagi